Beranda | Artikel
Apa Bacaan Taawudz yang Dibaca dalam Shalat? - Syaikh Shalih al-Ushoimi #NasehatUlama
Kamis, 25 November 2021

Apa Bacaan Ta’awudz yang Dibaca dalam Shalat ? – Syaikh Shalih al-Ushoimi #NasehatUlama

Jika seseorang memulai shalatnya, Maka disyariatkan baginya untuk melakukan dua sunnah: Sunnah yang pertama adalah membaca ta’awwudz.Dan bacaan ta’awwudz Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- yang diriwayatkan dari jalur-jalur riwayat hadits dalam kitab Sunan dan lainnya, tidak ada satu haditspun yang shahih.

Setiap hadits yang diriwayatkan dari Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- tentang ta’awwudz dalam shalat, seperti…“A’uudzu billaahi minasy-syaithoonirrojiimi min hamzihi wa nafkhihi wa naftsihi” ..bukan berasal dari Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Namun lafazh ta’awwudz diriwayatkan dari jalur periwayatan al-Qur’an, yaitu periwayatan para ulama qira’at.

Para ulama qira’at meriwayatkan dari Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- berbagai macam lafazh ta’awwudz, sebagaimana disebutkan oleh Ibnu al-Jazari -rahimahullah- dalam kitab an-Nasyr, dan juga ulama selain beliau juga menyebutkan tentang ini. Dan kalimat yang paling banyak disepakati oleh para ulama qira’at dan ulama fiqih adalah kalimat, “A’uudzu billaahi minasy-syaithoonir-rojiim.” Sebagai bentuk pengamalan firman Allah ‘Azza wa Jalla, “Jika kamu membaca al-Qur’an, maka mohonlah perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.” Inilah lafazh yang diutamakan, sebagaimana disebutkan asy-Syathibi dalam bait sya’irnya, “Kapanpun kamu hendak membaca al-Qur’an, maka mohonlah perlindungan kepada Allah dari setan dengan bacaan yang jelas tanpa terkecuali sesuai lafazh yang ada di surat an-Nahl yang mudah dibaca, dan jika ingin lebih menyucikan Allah (dengan menambah lafazhnya) maka itu bukan kebodohan darimu.” Maka setiap hamba dapat berta’awwudz dengan lafazh yang telah disepakati ini. Dan jika hendak menambah lafazhnya, hendaklah memilih lafazh yang disebutkan para ulama qira’at. Seperti lafazh, “A’uudzu billaahis-samii-‘il-‘aliimi minasy-syaithoonirrojiim” Atau lafazh, “A’uudzu billaahil-‘azhiimi minasy-syaithoonir-rojiim.” Atau lafazh, “A’uudzu billaahi minasy-syaithoonirrojiim innahu huwas-samii’-‘ul-‘aliim.” membacanya dengan idgham atau tidak. Dan terdapat lafazh-lafazh lain yang disebutkan para ulama qira’at. Maksudnya adalah agar kamu mengetahui bahwa lafazh isti’adzah yang diriwayatkan dari Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- adalah melalui riwayat qira’at, karena qira’at juga bersumber dari Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- Qira’ah merupakan sunnah yang shahih, sebagaimana yang dikatakan oleh sekelompok ulama salaf.

Sedangkan riwayat hadits-hadits tentang sifat shalat Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- tentang lafazh isti’adzah, maka sama sekali tidak ada yang shahih. Dan seorang hamba disyariatkan untuk membaca ta’awwudz di awal shalatnya karena dapat menjauhkannya dari musuh yang tidak terlihat, sebab setiap orang memiliki dua jenis musuh Pertama, musuh yang tidak terlihat, yaitu setan. Kedua, musuh yang terlihat, yaitu setan-setan dari jenis manusia.Dan al-Qur’an al-Karim menjelaskan bahwa musuh yang tidak terlihat dapat dihindari dengan memohon perlindungan kepada Allah karena seorang hamba tidak memiliki cara lain kecuali dengan berlindung kepada Allah.

Adapun musuh yang terlihat dari golongan manusia, maka dapat dihindari dengan memperlakukannya dengan baik. Allah Ta’ala berfirman: “Tolaklah (keburukan) dengan perbuatan baik, maka antara kamu dan orang yang memusuhimu itu akan berbalik menjadi temanmu yang setia.” Hal ini seperti yang disebutkan Ibnu al-Jazari -rahimahullahu Ta’ala- dengan berkata, “Setanmu yang menggoda adalah musuhmu maka mohonlah perlindungan dan penjagaan kepada Allah darinya adapun musuhmu dari jenis manusia; kenali rasa cintanya, maka kamu akan menguasainya, dan perlakukan (dengan baik), maka akan menjadi (teman setiamu).

===============================================================================

إِذَا اسْتَفْتَحَ الْمُصَلِّيُّ

شُرِعَتْ لَهُ سُنَّتَانِ اثْنَتَانِ

السُّنَّةُ الْأُوْلَى أَنْ يَتَعَوَّذَ

وَتَعَوُّذُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

الْمَنْقُولُ بِالطُّرُقِ الْحَديثِيَّةِ

فِي السُّنَنِ وَغَيْرِهَا لَا يَثْبُتُ مِنْهُ حَديثٌ وَاحِدٌ

فَكُلُّ الْأَحَادِيثِ الْمَرْوِيَّةِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

فِي الْاِسْتِعَاذَةِ فِي الصَّلَاةِ مِثْلُ

أَعَوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ

لَا يَثْبُتُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
.
وَإِنَّمَا تَثْبُتُ الْاِسْتِعَاذَةُ بِطَرِيقِ النَّقْلِ الْقُرْآنِيِّ

وَهُوَ نَقْلُ عُلَمَاءِ الْقِرَاءَاتِ

وَقَدْ نَقَلَ عُلَمَاءُ الْقِرَاءَاتِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

أَنْوَاعًا عِدَّةً

ذَكَرَهَا ابْنُ الْجَزَرِيِّ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى فِي النَّشْرِ وَغَيْرُهِ

أَجَمْعُهَا وَهُوَ الَّذِي وَقَعَتْ عَلَيْهِ الْكَلِمَةُ جَمْعَاءٌ بَيْنَ الْقُرَّاءِ وَالْفُقَهَاءِ

هُوَ قَوْلُ أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

اِئْتِمَارًا بِقَوْلِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ

فَاسْتَعِذْ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

فَهَذَا هُوَ اللَّفْظُ الْمُقَدَّمُ

كَمَا قَالَ الشَّاطِبِيُّ فِي قَصِيدَتِهِ

إِذَا مَا أَرَدْتَ الدَّهْرَ تَقْرَأُ فَاسْتَعِذْ

جِهَارًا مِنَ الشَّيْطَانِ بِاللهِ مُسْجَلًا

عَلَى مَا أَتَى فِي النَّحْلِ يُسْرًا وَإِنْ تَزِدْ

لِرَبِّكَ تَنْزِيهًا فَلَسْتَ مُجَهَّلًا

فَالْعَبْدُ لَهُ أَنْ يَسْتَعِيذَ بِهَذَا اللَّفْظِ الَّذِي اتُّفِقَ عَلَيْهِ

وَإِذَا أَرَادَ الزِّيَادَةَ

فَإِنَّهُ يَنْظُرُ إِلَى مَا ذَكَرَهُ الْقُرَّاءُ

وَمِنْهَا أَعَوْذُ بِاللهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

وَمِنْهَا أَعَوْذُ بِاللهِ الْعَظِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

وَمِنْهَا أَعَوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

بِالْإِدْغَامِ وَعَدَمِهِ

وَثَمَّ أَوْجُهٌ أُخْرَى ذَكَرَهَا الْقُرَّاءُ

وَالْمَقْصُودُ أَنْ تَعْرِفَ أَنَّ الْاِسْتِعَاذَةَ الثَّابِتَةَ

عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا هِي بِطَرِيقِ نَقْلِ الْقِرَاءَاتِ

لِأَنَّ الْقِرَاءَاتِ مُتَلَقَّاةٌ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

فَالْقِرَاءةُ سُنَّةٌ ثَابِتَةٌ كَمَا صَحَّ

عَنْ جَمَاعَةٍ مِنَ السَّلَفِ

وَأَمَّا الْأَحَادِيْثُ الْمَروِيَّةُ فِي صِفَةِ صِلَاتِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

فِي الْاِسْتِعَاذَةِ فَلَا يَثْبُتُ مِنْهَا حَدِيثٌ

وَإِنَّمَا شُرِعَ لِلْعَبْدِ أَنْ يَسْتَعِيذَ فِي صَدْرِ صِلَاتِهِ

لِأَنَّهُ يَدْفَعُ بِذَلِكَ عَدُوَّ الْبَاطِنِ عَنْهُ

فَإِنَّ الْمَرْءَ لَهُ نَوْعَانِ مِنَ الْأَعْدَاءِ

أَحَدُهُمَا عَدُوُّ الْبَاطِنِ وَهُوَ الشَّيْطَانُ

وَالثَّانِي عَدُوُّ الظَّاهِرِ وَهُمْ شَيَاطِينُ الْإِنْسِ

وَقَدْ دَلَّ الْقُرْآنُ الْكَرِيمُ عَلَى أَنَّ عَدُوَّ الْبَاطِنِ

يُدْفَعُ بِالْاِسْتِعَاذَةِ بِاللهِ

لِأَنَّهُ لَا سَبِيلَ لِلْعَبْدِ إِلَيْهِ

إِلَّا بِالْاِلْتِجَاءِ وَالْاِعْتِصَامِ إِلَى اللهِ

أَمَّا عَدُوُّ الظَّاهِرِ مِنْ شَيَاطِينِ الْإِنْسِ

فَإِنَّهُ يُدْفَعُ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ

كَمَا قَالَ تَعَالَى

اِدْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ

فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ

وَإِلَى هَذَا الْمَعْنَى أَشَارَ ابْنُ الْجَزَرِيِّ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى بِقَوْلِهِ

شَيْطَانُكَ الْمُغْوِي عَدُوٌّ

فَاعْتَصِمْ بِاللهِ مِنْهُ وَالْتَجِي وَتَعَوَّذِ

وَعَدُوُّكَ الْإِنْسِيُّ دَارِ وِدَادَهُ تَمْلِكُهُ

وَادْفَعْ بِالَّتِي فَإِذَا الَّذِي

 


Artikel asli: https://nasehat.net/apa-bacaan-taawudz-yang-dibaca-dalam-shalat-syaikh-shalih-al-ushoimi-nasehatulama/